Thursday, December 27, 2007

Menyambut Taon Baru

Niatnya mau bikin pr lemparan dari Niken, tapi dari tadi mikir kok mbulet ae. Susah mau nentuin 8 resolusi untuk taon yang baru. Pertama mikir, resolusinya gak sampai lapan biji, tapi setelah dipikir pikir lagi lha kok resolusinya jadi membengkak lebih dari selusin (janji mau jadi ibu penyabar, janji lebih aktif ikut kegiatan luar rumah, dll) walah kok daftar-e jadi puanjang.

Akhirnya aku simpulkan aja resolusiku untuk tahun ke depan: Menghilangkan Sungut. Bukan berarti di atas kepalaku tumbuh sungut kayak Jimmy Jengkerik nya karakter Disney. Tapi aku bertekad untuk tidak lagi jadi orang yang suka bersungut sungut. Tahun 2007 ini aku merasa terlalu sering bersungut sungut. Bersungut sungut ketika harus pindah pindah ikut irama kerja suami (dari Urayasu-Ibaraki-Urayasu-Hokkaido). Bersungut sungut ketika Rui semakin gede dan keras kepala. Bersungut sungut ketika bosen di rumah (tapi males keluar rumah karena pastilah harus engkel-engkel-an sama Rui soal baju ganti, sepatu, etc dan meladeni kerewelannya). Bersungut sungut ketika pengen beli ini itu tapi keuangan mepet. Bersungut sungut ketika pengen kurus (tapi gak pernah bisa berhenti mengunyah). Bahkan untuk hal remeh temeh pun selalu bersungut sungut, dari soal peraturan buang sampah di rumah Hokkaido, sampai ke soal uban yang tambah banyak aja.

Semoga aja di tahun yang baru nanti, aku lebih bisa berlapang dada. Iklas dan bersyukur dengan keadaan yang ada.

Tahun 2006 dan 2007 begitu banyak “deai” (pertemuan) dan “wakare” (perpisahan). Bahkan Rui yang masih semuda itu banyak sekali menemui deai-to-wakare. Tinggal berpindah pindah dari satu kota ke kota lain plus 3x mudik ke Indonesia, bayangkan betapa banyaknya orang yang sudah ditemui dan bermacam perpisahan yang harus dia alami.

Bagiku tahun 2007 serasa cepat berlalu, begitu banyak kejadian yang terjadi. Yang paling dominan kejadian di keluarga suami. Betapa kita sangat bersedih ketika Tomoko san (istri dari adik suami) kena leukemia. Dan betapa bersyukurnya kita ketika bulan November kemarin akhirnya dia bisa dapat donor dan menjalani operasi, semoga proses penyembuhannya bisa berjalan lancar nantinya.
Sedang kejutan yang paling besar tahun ini adalah adikku menikah 15 Desember kemarin. Sampai sekarang rasanya masih kayak mimpi, adikku lanang satu satunya itu sekarang sudah jadi suami. Sempat merasa sedih karena dari dulu aku berharap untuk bisa menyaksikan hari di saat dia menikah. Tapi aku sudah gak mau menambah jumlah “sungut”ku, aku juga gak berhak mencampuri jalan hidupnya. So, aku hanya bisa mendoakan dan memberi selamat dari jauh aja.

Demikian kilasanku menyambut tahun yang baru nanti. Buat Niken, semoga gak kecewa, karena jawaban pr-nya sudah melenceng jauh. Jangan disetrap ya bu guru…hehe.

Doll House

Tahun lalu, kado Natal Rui mainan lego seri kebun binatang, lengkap dengan aneka binatang dari gajah, ikan paus sampai chimpanzee. Tahun ini bapaknya Rui pengen ngasih lego seri castle, tapi tak lihat kok ukuran legonya kecil kecil dan rumit. Emang sih kalo sudah jadi penampakannya bakal keren banget, ada kotak harta karun, bendera, dan knight-warrior ukuran mini segala (curigesyen jadinya, jangan jangan yang pengen mainan castle itu bapaknya, huahaha).

Trus kita nemu seri doll-house. Waduh, aku langsung jatuh cinta (lha ini malah emaknya yang pengen, hehehe, masa kecil kurang bahagia). Seri ini, ukuran legonya masih lumayan gedhe, sangat cocok buat anak2 seusia Rui. Akhirnya yo wis, kado natal Rui tahun ini lego seri doll-house.

Tanggapan Rui? Lumayan tertarik, seringnya sih dia lebih tertarik untuk membongkar daripada membangun. Gak habis pikir deh, apa sih asyiknya njeboli pintu dan jendela. Tapi kalo aku sudah mulai asyik “membangun” dan “merancang” kamar kamar, Rui pun ikutan semangat buat mainan juga. Kalo sudah gitu pasti deh kita bentrok. Aku maunya bikin doll-house yang sewajarnya, sofa di kamar tamu, meja makan deket dapur, dll. Sedang Rui rancangan arsiteknya masih full imajinasi tak terbatas. Lha mosok di ruang tamu dipasangi toilet. Di atas kompor ditaruh aquarium. Atau di atas cerobong atap ditaruh gajah dan lumba lumba (kalo ini mah udah dicampur aduk sama lego yang lawas).

Yang jelas saben hari lay-out doll house itu gak bakalan sama. Karena setelah puas “membangun” Rui bakalan kembali ke ritualnya, jebol sana sini. Hihi.

Monday, December 24, 2007

Tuesday, December 11, 2007

Tanjoubi

Hari ini papanya Rui tanjoubi, ultah yang ke 34 tahun. Gak ada perayaan spesial di rumah. Kalo jaman dulu sebelum punya anak lebih focus kali ya, pakai siap2 kado kejutan segala, hehe.

Buat isi postingan kali ini, aku pajang aja photo2 papanya Rui waktu jaman cilik dulu. Photo sewaktu masih batita, kemudian waktu TK, dan yang terakhir photo berdua dengan adiknya yang beda umur 5 tahun. Gimana? Kayaknya gak mirip Rui sama sekali ya. Berarti Rui mirip mamanya dong, hihi…





Kenji san, tanjoubi omedetou!!

Saturday, December 08, 2007

Cerita seputar winter

Tambah dingin aja di sini. Pagi waktu lihat tipi, berita yang paling dinanti adalah ramalan cuaca, dan merasa sangat bersyukur bila hari itu diramal cerah dengan suhu 4 derajat celcius. Suka cekikikan sama suami, waktu kita bisa bilang “hangat” untuk suhu 4 derajat, lha wong seringnya suhu berkisar di bawah nol, gak jarang sampai minus 2 derajat.

Walopun hawa dingin menggigit, tapi teteup aja Rui lebih seneng main di luar. Melasaki salju yang sudah setinggi dengkulnya, bikin yukidaruma (snowman), ato lempar lemparan bola salju. Belakangan ini aku suka ngajak dia ngebersihin salju yang menimbun mobil. Padahal sejak hari jadi bersalju, aku gak pernah berani lagi bawa mobil sendiri. Dasarnya aku gocik, suka takut takut wis mending gak nyetir aja. Walopun mobil jarang dipakai, tapi kegiatan bersihin salju lumayan cukup lah buat menghabiskan energy Rui. Dan lagi seandainya malam2 bapaknya Rui pengen pakai mobil sudah enak, tinggal pake aja.

Photo di atas kiri, Rui waktu umur setaonan, waktu dia masih baru bisa jalan dan masih iler-an. Waktu itu dia sudah punya baju anget yang karena emaknya ogah rugi, maksa beli yang ukuran gedhe, sehingga ketika dipakai, Rui-nya kayak ditelan baju raksasa. Tangan dan kakinya sama sekali gak tampak. Sekarang baju anget itu sudah pas banget di badan Rui (photo atas kanan). Baju itu khan modelnya mirip ski-wear, nyambung dari atas ke bawah. Pokok-e kalo pakai baju ini sudah gak kuatir basah deh kalo Rui mainan salju. Mana bajunya anget banget, sering di dalam baju ini Rui hanya pakai kemeja biasa dan celana pendek aza. Hehe.

Tuesday, November 27, 2007

Wednesday, November 21, 2007

Winter

Brrrr… salju melulu. Tapi salju di sini lain, begitu bersih, putih, sara-sara ringan dan gak lengket seperti salju yang pernah aku lihat di Urayasu. Dinginnya juga lain. Sehari sebelum salju turun, suhunya udah drop banget. Di luar rumah, dinginnya bagaikan jarum ditusukkan ke tangan. Awalnya serasa perih di ujung kuku, lalu menyebar ke seluruh tangan. Rasa perih juga terasa di daun telinga, ujung hidung, pipi, jari kaki…. Ketika ngaca di rumah, terperanjat, wajah jadi kayak kurcaci mabuk – hidung, kuping dan pipi memerah. Tapi setelah beberapa waktu jadi terbiasa, tentu saja dengan perlengkapan ekstra lengkap kalo mau keluar rumah. Rui suka sekali jalan di atas salju, seringnya dia sengaja nyari tempat yang saljunya tebal, dan kegirangan kalo kakinya amblas di timbunan salju.

Hanya satu hal yang bikin repot kalo salju tebal, mobil jadi tertimbun salju. Setiap kali mau keluar, harus kerja bakti menyingkirkan salju dan manasi mesin. Huh!

Monday, November 19, 2007

Oowaki san

Dua minggu yang lalu, kita sempat diundang ke rumah Oowaki san, bapak senior yang jadi client suami di Hakodate. Oowaki san tinggal berdua aja dengan istrinya, anak anak beliau sudah dewasa dan bekerja berpencar pencar di lain kota. Rumah mereka lumayan dekat jaraknya, bermobil gak sampai 15 menit, dekat dengan Undo-Park. Cuma emang lokasi rumahnya yang agak njelimet, terselip di jalan setapak kecil diselingi kebun2 kecil.

Bertemu dengan Ny. Oowaki, agak agak grogi juga. Orangnya tegas dan gak banyak basa basi. Lain dengan kebanyakan orang Jepang umumnya. Konon waktu muda dia pernah berprofesi sebagai guru TK. Lucu juga bayangin diriku grogi sendiri. Tapi bener, rasanya si nyonya ini mengamati sekali tingkah lakunya Rui (ato mungkin perasaanku aja yah).

Sekali kita merasa di”sentil” waktu Pak Oowaki, nawarin kita main bareng ke kolam renang. Walopun gak rundingan dulu, tapi kita berdua udah merasa enggan – lha wong tanpa persiapan gitu, gak bawa baju renang (dan emang di rumah Hakodate kita gak siap bawa baju renang. Hokkaido gitu lho – yuki guni, negri bersalju! gak pernah terlintas deh di pikiran kita buat renang, walopun kolamnya indoor sekalipun). Seakan bisa membaca keengganan kita, Pak Oowaki nawarin untuk minjemi kita baju renang, handuk, topi renang dan perlengkapannya, termasuk buat Rui. Beliau bilang, baju renang anak2 mereka dulu sejak kecil sampai gedhe masih banyak yang disimpen.

Ditawarin gitu, suamiku trus nanya ke Rui “Rui mau main ke pool?”. Dan Ny. Oowaki langsung nyahut “kenapa harus tanya ke anak kecil segala”. Kata beliau, untuk hal2 yang bisa diputuskan sendiri gak perlu lah tanya2 anak. Yang namanya anak seharusnya mengikuti kehendak orangtua, jangan jadi orangtua yang selalu ikut kehendak anak. Waduh, aku dan suami jadi gak bisa komentar deh. Emang selama ini kita biasa begitu, kalo mau jalan ato pergi bareng, sebisa mungkin kita ikutsertakan Rui untuk memutuskan. Bener juga “sentilan” nya nyonya tadi, dari kebanyakan kasus, untuk keputusan akhir kita jadi banyak ngalah dengan keinginan anak. Nilai yang sebenarnya kita mau terapkan adalah agar anak juga belajar mengutarakan keinginannya, gak harus ikut kehendak ortu melulu. Tapi rupanya di mata orang lain, hal itu bisa menimbulkan pengertian lain.

Rasanya baru pertama kali ini aku merasa tersentil. Karena memang lingkup pergaulanku terbatas sekali. Namun bersyukur juga aku bertemu dengan nyonya Oowaki, karena dengan demikian, aku bisa punya pandangan lain terhadap anak.

Pada akhirnya emang kita jadi berangkat ke kolam renang, yang jadi pengalaman pertama buat Rui (kalo main ke permandian air panas sih sering, tapi kalo yang bener2 pool, baru pertama kali ini deh). Hari itu Rui belajar banyak hal, yang terutama adalah belajar gak boleh lari larian karena lantainya yang licin sungguh berbahaya (sekali kita ditegur oleh penjaga kolam renang, karena Rui sudah keburu melesat lari. Malu banget, karena penjaganya sempat teriak “stop… stop…” hihi).

Dan satu lagi, di kolam renang milik pemerintah daerah ini, setiap jamnya selalu ada waktu istirahat 10 menit. Bila tiba waktu istirahat, akan terdengar lagu di penjuru kolam, dan semua harus keluar dari kolam. Menunggu 10 menit ternyata butuh kesabaran tersendiri buat Rui. Semenit pertama Rui masih bisa anteng duduk bareng kita di kursi2 seputar kolam, tapi menit berikutnya dia sudah pengen nyemplung lagi. Jadinya kita repot membujuk bujuk. Beruntung sekali Rui mau dibujuk Ny. Oowaki yang pinter ngajari gerak dan lagu anak anak. Namanya juga mantan guru yah, gak heran kalo wawasan nya luas dalam menghadapi anak2 kecil.

Gara-gara ketemu Ny. Oowaki juga, aku lumayan banyak dapat informasi tentang tempat2 bermain anak, perpustakaan dan event2 anak yang diadakan di seputaran sini. Malah minggu kemarin, dengan senangnya Nyonya Oowaki ngantar aku ke klub bermain anak di gedung Rainbow dekat stasiun kereta. Satu lagi rangsangan baru buat Rui, karena dia bisa bertemu teman2 baru, mainan baru dan guru2 TK yang lain.

Emang sih, kalo lagi jalan sama Ny. Oowaki, aku jadi lebih berhati hati, karena emang beliau lumayan njelimet dalam urusan anak anak. Waktu kita main di klub bermain anak tersebut, Ny. Oowaki sempat ngedumel waktu lihat anak2 pada mainan korden jendela yang bisa ditarik ulur pakai tali. Langsung aja deh beliau turun tangan ngarahin anak anak buat main di tempat lain. Begitu juga waktu ada satu dua anak kecil yang naik naik ke atas kursi tanpa copot sepatu. Aku sempat nguping kata kata beliau “gimana sih, ibu ibu sekarang. Anak2nya naik2 kursi kok gak dilarang, masih pakai sepatu lagi. Padahal ini khan fasilitas umum…. dsb dsb…”

Hihi… Gimana aku gak jadi jaim kalo jalan ma beliau. Tapi rasanya emang kita butuh orang orang semacam Ny. Oowaki di sekitar kita.

Saturday, November 10, 2007

Friday, November 09, 2007

Lagunya Rui

Dulu waktu jamannya Rui umur setaon-an dia demen banget sama lagu Hina no Uta keluaran Minna no Uta-nya NHK. Kita kenal lagu ini dari CD kumpulan lagu NHK hadiah dari grand-ma nya Rui. Setiap dengar lagu Hina no Uta ini Rui kecil dulu pasti langsung lenggut lenggut dan gela-gelo kepalanya. Karena iramanya yang rancak dan kocak, aku pun jadi ngefans pula. Oh ya, Hina no Uta ini artinya Lagu Anak Bebek.

Kemarin gak sengaja kita nemu lagu ini di YouTube. Rui ngelihatnya dengan penuh ketakjuban, karena emang baru kali ini kita lihat gambar animasinya. Mungkin Rui ingat juga dengan lagu kesukaan nya dulu, dan gak terasa dia pun lenggut lenggut kayak masa bayinya dulu. Hihi.



Monday, October 29, 2007

Aki

Aki, musim gugur di Hokkaido datang begitu cepat. Bulan ini dedaunan mulai menguning. Lembah, hutan dan belukar seolah ber-metamorfosa, dengan genitnya memberikan penampakan wajah yang lain. Ketika kita berkunjung ke danau suasananya pun sungguh autumn. Menyenangkan sekali berjalan di atas guguran daun kering.

Area danau tetap aja ramai dengan turis manca. Tapi kita sungguh senang bisa nemu tempat parkir gratis yang letaknya sangat dekat dengan danau tapi terpisah dari bus bus besar pariwisata. Gak sengaja sih kita nemunya, gara gara bapaknya Rui pengen nyoba2 rute jalan baru, eee.. gak tahunya malah nemu tempat parkir gratis. Sepertinya juga yang parkir di sana kebanyakan penduduk dekat, terlihat dari plat nomornya yang banyak dari Hakodate sendiri ato Sapporo (cuma mobil kita aja yang platnya Narashino, ketauan banget pendatang jauh wilayah Tokyo, hehe).

Musim panas Agustus kemarin waktu kita main ke danau ini, kita sempatin naik boat gedhe bareng turis lain. Tapi kemarin kita coba hal baru, nyewa boat kecil berbentuk bebek-bebek-an yang jalannya di air dengan cara kita kayuh seperti sepeda. Setengah jam kita muter muter di danau, cukup bikin kaki serasa gempor. Mana Rui maunya pegang handle setir, sehingga “bebek”nya seolah mabuk gak bisa jalan lurus, belok belok terus ke kanan kiri, saking semangatnya Rui muter2 setir.

Capek naik “bebek”, kita langsung kelaparan berat. Balik lagi ke mobil, ambil bekal makanan dan kita piknik di hamparan daun kering. Rui banyak sekali makannya, dan dia juga asyik ngumpulin dongguri – biji bijian pohon. Selesai makan, kita sempatin jalan jalan lagi, ngasih waktu Rui buat bebas mungutin daun kering dan melompat lompat di tanah yang lembut.

Dalam perjalanan pulang, Rui langsung teler. Ah, musim cepat sekali berganti. Kalau musim dingin tiba nanti, pengen main lagi ke danau. Pasti “wajah” danau bakal berubah lagi.

Wednesday, October 24, 2007

Wednesday, October 10, 2007

Wish List

Belakangan ini aku pengen punya barang barang di bawah ini.

Bread-Maker
Helena bilang, selain utk bikin roti tawar, kelebihan alat ini bisa buat nguleni adonan. Wow canggih, dan sangat membantu orang orang pemalas kayak aku ini yang suka pengen bikin bikin kue kering tapi males nguleni adonan. Seandainya punya breadmaker berarti bisa gampang dong kalo mau bikin roti, bikin pizza, ato bikin nan – roti India.

Oven model baru
Kalo adonan roti ato pizza tersedia, berarti kudu beli oven baru yang bagus. Karena oven di rumah sama sekali gak oke, pemanasnya cuma di bagian belakang aja, kalo buat memanggang pastinya bantat, walopun piring panggangan nya bisa berputar sekalipun.

Kacamata baru
Sejak ada Rui, sudah tiga kali aku ganti kacamata. Kalo gak gagang melengkung ditendang Rui, pernah juga patah diduduki, ato bagian kacanya dipegang pegang sampai coatingnya hilang dan baret baret. Kacamata yang sekarang aja sudah sering kali miring (padahal sebisa mungkin aku lepas kacamata kalo lagi “gulat” sama Rui. Tapi teteup aja gak bisa menghindari kecelakaan). Sebisa mungkin kacamata yang ini masih aku pertahankan, karna pikirku kalo beli baru pasti juga nanti cepat rusak lagi. Mau pakai softlens, tambah repot lagi, males juga harus ngutek2 mata waktu pasangnya. Jadi tambah pengen kacamata baru, yang gagangnya sekuat baja deh.

Dear Santa, I ‘ve been very nice and polite girl. Especially lately. I hope I am still on your good list. I am desperate to see my presents soon. (Hohoho…)

Thursday, October 04, 2007

Masa Kecil

Sama mamanya Oline ditodong buat bikin PR. Ini cerita tentang masa kecilku.

Masa Kecil
Yang paling diingat, rasanya aku dulu kok sering banget pindah rumah. Dari rumah kontrakan di Banjaran – yang lantai dapurnya bergema kalo kita loncat di atasnya, konon ada lubang kuburan di bawahnya, hiiiiiiiiiii…. Trus pindah ngontrak ke Tosaren, kenanganku buruk di sini, karena ada anak tetangga yang sudah agak besar, suka tahu tahu nyium aku kalo lagi main di luar. Hih, jijik. Karena hal ini aku jadi takut keluar rumah, kalo pas disuruh ibuk beli sesuatu di warung seberang jalan, pasti aku bakalan menjalaninya dengan berdebar debar, dan kalau dari kejauhan kelihatan anak “jahanam” itu langsung aku terbirit birit balik lagi ke rumah.
Dari rumah Tosaren, trus numpang tinggal ke rumah Embah di jalan Thamrin sebentar. Setelah itu pindah ke Perumnas, barulah di sini bisa tenang tinggal di rumah sendiri, gak pindah pindah lagi.

TV
Seingatku waktu tinggal di Banjaran, di rumah belum punya tv. Kalau pengen nonton tv, harus numpang di rumah tetangga. Yang aku ingat, aku suka banget sama iklan shampoo (?) atau mungkin cat rambut ya? Merek Gardena. Pokoknya ada wanita berambut lurus panjang hitam yang berlari larian – dalam hatiku, seandainya aku bisa punya rambut seindah itu, hihi, berarti dari dulu aku terobsesi dengan rambut lurus ya, secara aku brintik dari lahir.
Setelah punya TV sendiri, acara favorit di rumah paling2 Si Unyil, Ria Jenaka dan Aneka Ria Safari.

Minum Susu
Rasanya aku dulu gak minum susu setiap hari. Tapi bukan berarti aku gak doyan susu. Seringnya sih kita dikasih susu dari Budhe (kakaknya bapak) yang punya sapi perah. Gak hanya susu aja, kita juga sering dikasih tahu susu. Gak tahu deh, gimana bikinnya. Yang jelas tahu ini terbuat dari susu, bentuknya putih padat gitu. Setelah digoreng bisa jadi lauk atau cemilan.

Sepeda
Waktu belum punya sepeda sendiri, sudah pengen bisa naik. Akhirnya sama bapak suka diajak ke rumah budhe, pinjam sepeda sodara buat belajar. Setelah bisa barulah dibeliin sepeda sendiri. Sepeda pertamaku berwarna merah, tak kasih nama Jolly (aku dulu suka banget ngasih nama pada barang2ku. Tahu gak, boneka beruangku ada yang bernama Gloria Marthawati, hehe). Sepeda merahku ini suatu hari tahu tahu berubah warna jadi biru, karna dicat sama adikku yang lagi iseng, hehe.

Tas sekolah
Yang paling inget sih waktu SD punya tas presiden yang model koper itu. Trus tasnya ditempeli stiker nama segala. Haha, waktu itu lagi ngetrend sekali ya. Selain tas itu, aku sudah gak punya jejak ingatan tas tas lain.

Majalah
Suka banget sama majalah bobo, tapi seingatku jarang beli. Kalo pengen baca baca biasa pinjem aja di perpustakaan. Apalagi bapak kerja di sekolah, kalo pas liburan pun aku bisa enak pinjam2 buku perpustakaan. Mangkanya aku pernah bercita cita punya perpustakaan sendiri, alangkah enaknya hidup ditimbuni buku, begitu bayanganku dulu, hehe.

Jajanan dan Duit Jajan
Seringnya sih beli krupuk upil yang diolesi sambel manis di warung dekat rumah. Atau beli mie goreng (yang porsinya dikiiiit banget) dibungkus daun pisang di kantin sekolah. Duit jajan dulu berapa ya, sudah gak ingat lagi.

Ngefans
Aku dulu ngefans banget sama Julius Sitanggang dan (alm) Richie Ricardo, hihi isin aku, sampai kirim kirim surat segala, dan norak banget senengnya waktu dapat balasan.

Nge-mall
Wah, di Kediri dulu gak ada mall. Diajak jalan jalan ke Jalan Doho aja rasanya udah seneng banget.

Diomelin.
Yang suka ngomelin aku dulu malah ibuk, bukan bapak. Bapak khan kerja melulu, pulang sekolah juga masih ada jadwal kasih les ke sana sini sampai jam 9 malam. Yang memantauku belajar dan bikin PR di rumah ya ibuk. Seringnya aku diomeli karena aku khan bodho banget ngapalin perkalian. Wah, rasanya ibuk dulu lebih serem daripada guru kelasku sendiri.

Wis, itulah sedikit nostalgia masa kecilku.

Saturday, September 29, 2007

A long long trip to Asahiyama Zoo

Ini cerita tentang perjalanan panjang tamasya kita ke Asahiyama Zoo.

Kita berangkat dari rumah Hakodate hari Jumat, rencananya pagi pagi mau start, tapi ternyata Rui sampai 9 pagi masih molor juga. Heran deh, kalo pas gak ada rencana pergi, pastilah Rui sejak jam 6 pagi sudah pencilatan di kasur. Terpaksa deh, kita bangunin, kalo gak gitu bisa telat nanti berangkatnya.

Di dalam mobil, Rui masih jinak (mungkin juga masih males karna baru bangun tidur), dia anteng aja ngguntingi kertas origami pakai gunting plastiknya. Di tengah perjalanan sebelum masuk tol, tepatnya di daerah Yakumo (Ya= delapan, Kumo= awan. Delapan Awan, nama yang cukup unik), kita sempat mampir di tempat istirahat pinggir jalan. Beli jus, makan siang dikit trus sempat juga ngajak Rui main perosotan di taman. Setelah itu perjalanan berlanjut lewat tol.

Tengah hari kita sampai di Noboribetsu. Mau check in kok tanggung, masih siang, jadi kita mampir ke Marine Park semacam sea-world gitu. Di loket tiket tertera harga tiket 2.300 yen per orang. Mahal bleh. Tapi no-problem, karna kita bakal nginep di hotel Mahoroba, kita gak perlu bayar tiket. Kita cukup lapor nama aja di loket, trus kita langsung dikasih tiket tanpa bayar, tanpa ditanya identitas segala macam pula – segitu percayanya ya…

Marine Park ini lumayan menarik. Rui puas bisa lihat ikan, ada show lumba lumba dan show singa laut juga. Dan yang menarik ada parade pinguin. Luttuuunyaaaa, lihat pinguin pada baris, mana model jalannya khan sempoyongan gitu. Hihi.

Sorenya setelah puas menghabiskan waktu di Marine Park, barulah kita check in di Mahoroba. Hotelnya lumayan gedhe, dan ketauan kalo banyak turis asing yang nginep rombongan di sini. Pegawai hotel yang nganter kita sampai ke kamar malah bukan orang Jepang, mungkin orang Taiwan, bahasa Jepangnya bagus sih dan sangat sangat sopan, cuma logatnya aja masih kelihatan asing.

Selesai check in, kita keluyuran aja di seputaran hotel, nunggu waktu dinner. Dan waktu makan malam kita gila gilaan deh, lha wong ala prasmanan gitu. Aku langsung kalap lihat tumpukan kepiting rebus. Mana di meja lain ada steak, aneka dim sum, trus ikan segar, sup, belum lagi dessertnya, ada buah segar, kue, pudding, es krim… wah, gak peduli deh walopun sampai harus buka kancing celana jeans, hihi.


Sabtu pagi, kita buruan sarapan trus check out. Mobil masih kita titipin di hotel, trus kita jalan kaki dikit dilanjut naik rope-way (kereta gantung) ke atas gunung lihat beruang di Kuma Bokujo. Di bonbin ini gak ada binatang lain selain beruang, khas Hokkaido gak sih… Kita bisa beli roti keras ato potongan wortel… bukan, bukan buat cemilan kita, tapi buat para beruangnya. Lucu deh, beruangnya pasti langsung berpose memohon mohon kalo lihat ada pengunjung bawa plastik isi makanan tadi.

Puas ngasih wortel ke para beruang, kita keluyuran sebentar di musium beruang, juga ke kompleks rumah adat suku Ainu (suku asli Hokkaido). Sebenarnya di salah satu rumah adat tsb lagi ada pertunjukkan musik tiup tradisional, tapi begitu masuk, Rui langsung heboh, jerit jerit minta keluar. Gimana Rui gak girap girap, wong emang ruangannya tertutup gitu, jendela yang ada kecil banget, sedang dalam ruangan ada perapian ala jaman dulu, sehingga ruangannya jadi penuh asap. Akhirnya kita cukup ngambil photo di luar aja.

Habis gitu kita turun lagi naik rope-way. Dari atas rope-way kita lihat di kejauhan ada danau yang lumayan besar dan begitu biru, langsung aja bapaknya Rui ngajak mampir ke sana pula. Jadinya setelah ambil mobil dari parkiran hotel, kita masih blusukan nyari danau tadi. Gak sampai lama kita muter muter di jalanan yang kiri kanannya hutan belukar dan di sana sini ada rambu peringatan “awas beruang”, sampailah kita di danau. Sayang nama danaunya sudah lupa. Yang jelas gak banyak pengunjung di sana. Danau nya bersih dan luaaaa….aas, seperti laut aja. Sempat ada “kecelakaan” karena Rui yang sudah tak terkendali, melesat lari ke dalam air masih lengkap dengan sepatu. Ya, basah kuyup jadinya. Mana ternyata airnya dingin banget.

Puas main di danau, kita makan siang di mobil, trus masuk jalan tol deh. Rui yang sudah capek, langsung teler. Untunglah bagi kita karna perjalanan lewat toll masih sangat jauh. Melampaui Sapporo, melampaui kota kota kecil lain dan sampailah kita ke kawasan Asahiyama Zoo. Tapi hari itu kita belum ke bonbin. Pertama harus nyari hotelnya, yang ternyata terletak nun jauh diapit gunung. Sore itu kita check in. Main di onseng – pemandian air panas, makan malam (lagi lagi ala prasmanan. Wuah jengis-khan nya huenak. Itu lho daging domba yang dibakar ala barbeque). Habis gitu langsung molor deh.

Minggu pagi, kita buruan bangun pagi, sarapan (prasmanan again, lagi lagi menimbun lemak), trus cabut ke Asahiyama Zoo. Oh ya, sama hotel kita dikasih servis “passport” masuk ke Asahiyama Zoo, yang bakal berlaku sampai bulan Maret tahun depan. Sempat rasan rasan sama suami, meskipun ada passport ke bonbin, tapi kalo naik mobil lagi enggak mau deh, bisa patah tulang kali ya kalo harus mengalami untuk yang kedua kali.

Sesampai di bonbin, ya ampuuuun, pengunjungnya banyak banget. Dimana mana ngantri, udah kayak ke DisneyLand aja deh antriannya. Kayaknya aku terlanjur berharap terlalu “muluk” untuk bonbin ini. Kalo lihat di tv sepertinya binatang2 yang ada di sana pada “penuh semangat hidup”, berlarian atau bergelantungan di kandang yang luas dan lengkap atributnya. Kenyataannya, ya sama aja lah dengan binatang2 yang ada di bonbin lain. Macan nya pada nyantai, beruang kutub nya lebih banyak molor, chimpanzee dan orang utannya juga males malesan nangkring di atas. Perasaan binatang di bonbin sama aja ya, namanya juga dikurung, walopun kurungannya terbuat dari emas sekalipun, tetep aja hidup mereka jadi gak bebas.

Sekali lagi hatiku serasa diparut waktu lihat orang utan di sana (gak tahu deh aku kok sensitive banget sama orang utan, sama binatang lain gak segitu gitu amat). Aku selalu merasa kasihan sama orang utan di bonbin, rasanya mereka seperti dicabut dari akarnya, dipisahkan dari tanah asalnya. Dan malangnya mereka gak bakalan bisa kembali lagi. Kalo kayak aku walaupun terpisah jauh dari Indonesia, tapi masih bisa pulang, masih bisa ngelihat tanah kelahiranku, tapi mereka, para orang utan itu… pastilah di dalam hatinya ada kerinduan untuk pulang ke hutan aslinya di Indonesia sana. Ihik.

Kembali ke laptop…. Di bonbin saking banyaknya pengunjung, rasanya kita gak bisa nyantai melihat lihat, Rui juga keliatan bete banget. Dia rasanya sudah cukup puas bisa ngasih makan kijang, ngelus kambing, dan membaui kandang kelinci. Habis gitu dia malah asyik naik mobil mobil-an di taman bermain anak anak. Ealah… jauh jauh bermobil sampai ke sini, buat Rui yang paling menarik ya tempat mainan anak anak aja. Tapi paling gak kita sudah buat satu kenangan lagi selama di Hokkaido. Walupun badan serasa remuk redam juga, paling gak suatu hari nanti kita bisa mengenang perjalanan ini, mengagumi “keberanian” kita menempuh perjalanan panjang, dan menyaluti mobil kita yang mungil itu tapi tahan banting, hehe.

Minggu malam kita sampai di rumah Hakodate. Besoknya aku kena flu berat. Dan ternyata flu ini bergilir ke Rui, lalu ke suami… benar2 perjalanan yang menguras tenaga.

Tuesday, September 25, 2007

Gambar Pertama Rui

Selama ini gambarnya Rui tak pernah bisa ditebak. Sekedar urek-urek, coretan asal, kadang garis lurus ato lingkaran tak berujung. Tapi kemarin malam ada kejutan, gambarnya Rui bisa “dibaca”. Ada mata, ada mulut…. Waktu aku tanya, Rui ini gambar apa? Dengan semangatnya Rui jawab “OBAKE!!” (=hantu). Hiiiiyaaaa! Gambarnya real gak sih, secara Rui belakangan ini lagi ngefans dengan serial boneka hantu NHK – bakeru no shougakkou.

Wednesday, September 19, 2007

Mau Tamasya

Akhirnya suami dapat kesempatan untuk ngambil libur. Biasanya di pertengahan musim panas ada jeda buat libur sedikit (gak sampai seminggu sih). Syukurlah hari Kamis ini sampai Senin besok dia bisa libur. Pertama kita mikir mau pulang ke Urayasu, tapi batal, ke Urayasu nya nanti aja bulan Desember pas akhir tahun nanti suami perlu memperpanjang SIM segala.

Hari libur ini kita rencana mau ke kebon binatang Asahiyama. Bonbin yang terkenal bukan hanya di pulau Hokkaido aja, tapi juga di seluruh Jepang (kayaknya). Yang agak repot, bonbin ini letaknya lumayan jauh dari rumah kita di Hakodate. Kalo mau gampang bisa aja naik pesawat, tapi “gerakan” kita jadi terbatas, karena kita gak hanya mau ke bonbin aja. Akhirnya diputusin aja buat naik mobil sendiri.

Rencananya Jumat pagi kita berangkat, siangnya lihat beruang di Noboribetsu Kuma Bokujo trus malamnya nginep di hotel Mahoroba (suami udah nyari hotel yang ada onseng-nya, sumber air panas alami. Aaaa…aa sekarang aja sudah mbayangin bisa berendam, ngilangi capek2 di seluruh badan dan semoga aja kulitku bisa jadi sehalus bayi lagi, hihi..).

Sabtunya check-out trus bermobil lagi sampai ke Asahiyama bonbin, malamnya nginep di hotel Asahi resort hotel (lagi lagi nyari yang ada onsengnya, dan bisa booking ruang onsengnya buat kita bertiga aja. Legaaa, gak perlu sungkan deh sama penyewa hotel lain, seandainya Rui rewel waktu kita lagi berendam). Minggunya kita check out dan balik ke Hakodate. Pulangnya mau langsung pulang aja, gak pakai nginep nginep lagi.

Agak keder juga nih dengan “peringatan” dari suami, katanya jarak dari Hakodate sampai ke Asahiyama, kurang lebih sama dengan jarak dari Kediri sampai ke Jogya. Jauh nian, tapi kalo gak bawa mobil sendiri kok gak bebas. Cuma kuatir nyasar aja. Apalagi tahu sendiri khan mobil kita gak punya navigator yang bisa ngasih petunjuk jalan mana yang harus ditempuh biar gak kesasar (sempat mikir apa pakai mobil kantor aja ya, yang lengkap ada navigatornya. Layar navigatornya pun bisa dipakai buat nonton tv biar Rui gak bosen. Tapi lagi lagi kalo bukan mobil kita sendiri kok rasanya gak sreg. Gak enak khan kalo tahu2 Rui numpahin jus misalnya di jok mobil).

Kapan hari suami sudah bela belain beli peta Hokkaido, dia lihat sekilas, trus bilang “oke!!”. Dan dia ketawa waktu lihat mukaku sangat sangat tidak mempercayainya (soalnya selama ini sudah gak keitung lagi deh, berapa kali kita nyasar karena suami gak tahu jalan dan suka coba coba menempuh jalan yang lain daripada yang lain). Suami bilang, ah kalo nanti nyasar juga, khan lucu. Beneran lho, dia ngomong pakai bhs Indonesia “lucu”. Mau gak mau jadi ketawa juga aku. Toh, dari Urayasu ke Hakodate yang jaraknya sekitar seribu kilometer ini juga kita bisa tempuh bermobil. Apalagi ini “cuma” ke Asahiyama.

Yang jelas aku sudah siap siap “gembolan”nya Rui, yaitu aneka majalah dan buku cerita, boneka Shimajiro dan adiknya (Hana chan), se-toples mainan kecil (berisi mobil mobil-an dan aneka binatang), gunting plastik dan kertas origami aneka warna. Semuanya untuk bahan bujukan Rui selama di mobil. Semoga aja Rui nanti bisa diajak kompromi selama di perjalanan, dan yang lebih penting lagi, semoga aja aku gak gampang naik darah seandainya Rui rewel. Sayang gitu lho, wong tamasya buat senang aja, gak pengen deh marah marah. Itte kimasu….

Thursday, September 13, 2007

Paranoid

Belakangan ini di Hakodate ada berita yang minus.
Pertama tentang kejadian pengeroyokkan antar pelajar yang mengakibatkan seorang pelajar mati karena dipukuli pakai tongkat pemukul baseball. Yang bikin ngeri kejadian ini terjadi di Showa Park, taman umum tempat aku dan Rui biasa main. Dibanding taman lain deket rumah, Showa Park tempatnya luas, mainan untuk anak anak pun beragam dari perosotan, bandulan, sampai jungle-gym yang ukurannya lumayan gedhe. Juga ada kolam dan sungai buatan yang diisi air dangkal buat cibang cibung anak anak. Pokok-e taman ini pas banget buat menghabiskan energy Rui. Tapi gara gara ada kejadian ini, suami bilang, sementara jangan main di Showa park dulu. Iya lah gak usah dikasih tahu pun, aku masih segan buat main ke sana. Kesannya jadi gimana gitu… Akhirnya aku dan Rui harus puas main di taman kecil deket rumah aja.

Kejadian yang kedua di eki (stasiun kereta), ada polisi tembak tembak-an sama Yakuza (hiiiii… gak sangka di Hakodate juga ada Yakuza). Hasilnya Yakuza nya mati, polisinya luka berat. Wuah, kok beruntun runtun sih kejadian di Hakodate.

Kemarin aku jalan ke Daie supermarket, jalan kaki aja, pas Rui lagi baek hati mau naik strollernya. Begitu sampai di zebra-cross depan lapangan SD, di trotoar ada bekas genangan air, seperti barusan dicuci. Aku gak mikir apa apa, sampai setelah aku melewati genangan air, kok rasanya sepatu jadi lengket lengket. Barulah aku ngeh dengan keadaan sekitar – ada pak polisi bersliweran, ada bekas pecahan kaca dan ranting pohon berserakan…. Haaah, jangan jangan genangan air di trotoar tadi bekas darah yang barusan dicuci. Yadaaaaaaaaaa!!!

Buru buru sepatuku tak gosokkan ke rumput liar. Saking semangatnya nggosok2 sampai disapa rombongan anak SD yang lagi lewat “doushimashita ka” nanyain kenapa. Aku jawab asal aja “iya, nani ka kustuiteru mitai” – ah engga, sepertinya ada yang nempel. (Catatan: di sini anak sekolah emang ramah ramah, gak pernah segan menyapa orang yang ditemui di jalan. Gak seperti anak sekolah di Urayasu yang sering malu malu buat menyapa orang yang gak dikenal).

Pikiranku langsung macem macem deh, apa barusan ada kecelakaan. Tapi kok gak ada mobilnya, apa sudah diangkut. Apa ada keroyokan lagi. Apa ada orang ditusuk. Apa ada Yakuza. Wuah, otakku serasa menggelembung padat dengan segala macam bayangan negatif.

Malamnya ketika aku cerita ke suami, dengan enteng aja dia nanggapi, “ah paling juga barusan ada kecelakaan lalu lintas, dan sepatumu nginjak bekas tumpahan oli”. (Hening sejenak). Eh, iya ya, mungkin juga begitu ya. Pikiranku aja yang terlalu bombatis mbayangin macem macem. Yang jelas, begitu sampai rumah, sepatuku langsung tak cuci, tak sikat bersih bersih (sikatnya juga langsung ku buang). Roda stroller-nya Rui juga tak cuci bersih. Wah, ada untungnya juga aku paranoid, jadi niat nyuci sepatu dan stroller. Hehe.

Wednesday, September 12, 2007

Foto Lawas

Dapat foto ini dari file punya adikku.

Mengenang jaman dulu, waktu aku sering dititipin ke rumah mbah karena bapak dan ibuk kerja. Yang lagi nggendong anak kecil itu mbahku, sedang yang digendong adalah adik ponakanku. Mbah meninggal waktu aku lagi wisuda di Sby, selesai wisuda aku gak bisa langsung pulang karena harus balik ke Paiton. Di photo ini Mbah masih kelihatan cukup muda. Eh, pasti sudah bisa ngira ngira yang mana aku. Aku pakai rok warna biru, ngerangkul adikku.

Aku dulu “cewek” banget ya. Pakai rok terusan, rambut dijepit… mangkanya temen dari masa laluku suka nggumun kalo lihat aku sekarang. Rambut ditebas, kemana mana bercelana jeans. Waktu belum punya anak sih masih agak kemayu, punya koleksi rok 2 ato 3 lembar. Setelah punya Rui, ya pakai celana terus. Alasannya kalo pakai celana lebih bisa bebas – mau loncat, lari, jongkok, nungging semau gue, bebas aja. Dan selain itu celana pasti kantongnya banyak. Mau masukkin recehan oke, saputangan ok, dompet ok, bahkan kalo Rui mau nitipin kerikil ato daun kering temuannya pun gak masalah. Pokok-e praktis.

Mengamati photo itu, jadi sadar bahwa rata rata familiku berdahi lebar. Jadi ketahuan deh kalo dahi Rui sekarang juga njendhol gitu, berarti warisan dari keluarga Indonesia deh. Wuah jadi kangen pengen lihat photo photo lawas yang lain.

Thursday, August 30, 2007

Ada Tamu

Hari ini ada tamu (surprise! Surprise!). Gak sangka bakal ada yang nyambangi aku di sini. Ibu Ani yang pernah ketemu di acara Natal gabungan Gereja Tokyo lagi berkunjung ke rumah mertuanya di Hakodate. Sekalian hari ini beliau mampir ke rumah. Sayang banget Rui lagi molor, jadi gak bisa pamer kenakalannya deh. Ibu Ani bawain oleh oleh (yang selalu disambut gembira oleh rakyat Indonesia seperti aku ini) yaitu santan kaleng, sari kelapa dan tapioka. Sik, asyik…

Photo dibawah, diambil di jalan depan apartemen. Aku, Ibu Ani dan mertua Ibu Ani. Terima kasih ya Bu Ani, sudah dibelain mampir ke rumah, walaupun sempat kesasar sampai ke lapangan bola SD sebelah. Hehe.

Ps. Ayo, ayo, siapa lagi yang mau berkunjung ke Hakodate, aku sambut dengan tangan terbuka lebar lebar. Mama Aya, gimana? Monggo lho jeng, kalo mau dolan ke sini…


Wednesday, August 29, 2007

Kubota Farm

Bapaknya Rui pernah punya pengalaman buruk dengan sapi. Ceritanya waktu dia masih kecil dulu, pernah ikut tour bareng teman sekolahnya ke peternakan sapi. Tour yang sungguh berkesan karena untuk pertama kalinya dia bisa melihat sapi dari jarak yang begitu dekat. Saking terpesona nya, dia sampai sempat berpandang pandangan mata dengan si sapi dalam jangka waktu yang lumayan lama. Sepulang tour sampai sebulan kemudian, dia bilang gak bisa makan daging sapi, karena setiap melihat daging sapi, dia teringat akan matanya sapi yang bundar besar itu. Sejak itu, bapaknya Rui gak akan pernah mau memandang mata sapi kalau ketemu sapi, karena dia gak pengen ter-hipnotis lagi.

Kapan hari kita ngeluyur ke Kobuta Farm, peternakan sapi dekat sini. Setelah jajan ice-cream yang rasa susunya lekoh sekali dan nyobain sedikit keju, kita gak langsung pulang, karena Rui ribut pengen lihat sapi. Ketika mendekati kandang sapi, suami langsung wanti wanti, supaya jangan sampai memandang mata sapi, biar gak kena hipnotis. Haha. Masih trauma rupanya dia.

Di Kobuta Farm, ada kandang untuk sapi dewasa dan anak sapi. Kandang sapinya gak dijaga pemiliknya, sehingga kita leluasa buat photo photoan dan ngelihat sapinya dari dekat (gak terlalu deket dhing, wong bau sapinya sungguh aduhai). Sedang di kandang anak sapi, ada anjing penjaga yang herannya begitu lihat aku dan Rui, anjing itu langsung mendengking dengking dan merebahkan diri memperlihatkan perutnya – pertanda kepasrahan minta dielus elus. Weleh, anjing penjaga kok ramah gitu ya. Gak takut sapinya dikutil orang ya.

Kita gak lama lama main di peternakan itu, bukan karna takut kena hipnotis, tapi hidungku yg sensitive ini sudah gak tahan lagi untuk lebih lama membaui para sapi (hooeeeek).

Monday, August 27, 2007

Kodomo no Kuni

Di dekat taman Hakodate ada tempat main anak anak yang bernama Kodomo No Kuni (negri anak anak). Di sana ada berbagai macam mainan yang bisa dinaiki, ada komedi putar dan sepur-sepur-an segala. Konon semua mainannya adalah mainan yang sama ketika tempat ini dibangun 30 tahun yang lalu. Yes, kalian gak salah baca. Tiga puluh tahun yang lalu!! Jadi bisa dibayangkan gimana penampakan tempat mainan ini. Teramat lampau.

Gak ada karakter modern, semuanya gaya lama. Warna-warna nya pun cenderung kusam, bonekanya banyak yang bocel bocel. Komedi putarnya berlantai kayu, sepur-nya kecil, mainan tembak2an nya mirip meriam (dan suaranya pun sekencang meriam!) sedang ayunan yang mirip kincir air berputar itu jadi mengingatkan aku akan tontonan macam gini yang kadang aku temui di Paiton dulu.

Tapi walaupun semuanya bermodel kuno, Rui gak peduli. Begitu masuk dia langsung lari sana lari sini, megang ini megang itu, nunjuk nunjuk dan ujungnya minta naik. Ketika mau beli tiket, tertegunlah kita. Ongkos sekali naik 250 yen per orang. Wack, mahalnya!! Padahal prinsip kita kalo jalan jalan khan nyari yang gratis-an (wong parkir mobil aja selalu dibelain nyari tempat yang gratis…). Tapi biarlah demi anak… cuma suami sempat ngedumel, ni do to konai kamone, alamat tempat main ini gak bakalan kita kunjungi lagi di lain waktu.

Pertama Rui pengen nyoba naik sepur, sebelnya dia gak mau naik sendiri, ngajak bapaknya, otomatis harus beli 2 tiket. Sudah gitu ngajak naik ayunan kincir, kalo yg ini sangat berbahaya kalo Rui naik sendiri, jadi aku yang didorong dorong suami buat nemenin Rui (padahal aku ketakutan setengah mati. Kalo kincir yang gedhe sih pernah aja naik. Tapi yang model mini gini, yang gak ada tutup kacanya, yang pintunya hanya sebatas lutut kita… mengerikan. Apalagi waktu sampai di puncak. Rui sempat ketakutan juga, tapi aku berusaha menjadi gagah. Duh). Setelah naik kincir, Rui minta naik motor motor-an (untunglah Rui mau naik sendiri, jadi cukup 1 tiket aja – lagian motornya emang kecil, gak bakalan bisa ditunggangi orang dewasa). Habis gitu main tembak tembak-an, trus pancingan… udah deh gak berani ngitung2 lagi.



Heran ya, tempat mainan yang kuno begini, dan pasang harga mahal, kok masih laku aja di jaman sekarang. Mungkin juga karena pegawai yang jaga di sana super-duper ramah banget. Ketika Rui masih bingung menentukan pilihan, pasti sudah ada aja Mbak atau Mas jaga yang ndeketin, “norimasuka?” nawari kita buat naik, dengan senyum simpul lebar, yang bikin kita gak tega buat menolak. Alhasil perlu perjuangan berat untuk membujuk Rui berlalu dari tempat ini. Lha kalau dibiarin bisa bisa kita bokek sampai ke ujung kantong.

Father and Son


Suatu petang di Pantai Hakodate



Thursday, August 23, 2007

Masa Masa Sulit


Aku pernah baca di internet, bahwa anak seumuran Rui adalah anak dalam masa masa yang sulit, sampai sampai ada julukan terrible-two (walaupun aku yakin, bahwa masa sulit anak gak bakalan terbatas pada umur dua tahun aja, pastilah bakal ada terrible three, four, five… hehe).

Ketika Rui sekarang sudah lumayan banyak kosa katanya, ada saat saat ketika aku harus menghela nafas berulang kali meredakan emosi yang kadang begitu meletup letup. Ada 3 kata favorit Rui yang sering bikin aku kesel yaitu : tabenai, ikanai, dan hoshikunai (gak mau makan, gak mau pergi dan gak mau). Kalaupun dipaksa dia bakalan menjerit dengan sombongnya “emoooooh!!!” (lho kok jadi keluar bhs Jawanya?!).

Kalau dipikir pikir sebelum ini sering sekali Rui bikin aku kesel, misalnya aja dia pernah bikin dapur banjir karena mainan kran air di tempat cuci piring. Pernah bikin toilet gak bisa dipakai seharian karena dia masukkin bergelondong gelondong toilet-paper ke lubang toilet – dan aku sambil menangis darah tetap kukuh untuk membereskan masalah toilet itu sendiri, walaupun suami mau nelpon perusahaan jasa pengurusan toilet mampet (mbayangin iklan Qracian di tv, toire toraburu ha-sen-en, duh gak rela kalo harus keluar uang 8 ribu yen hanya gara gara ulah anak. Akhirnya semalaman aku berkutat di toilet mengeluarkan serpihan2 kertas toilet yang sudah berubah jadi bubur… huh). Pernah pula Rui mbalikkin tempat beras, sehingga aku harus memunguti buliran berasnya satu persatu sepenjuru dapur karena tak ingin dikutuk dewi padi. Kekesalan2 jaman dulu rasanya jadi terasa enteng dibanding sekarang. Paling gak aku gak perlu muter otak berlama lama untuk mengatasinya.

Sekarang apa jadinya kalo Rui maksa gak mau makan, ogah mandi, ogah segalanya pokoknya emoh, emoh dan emoh. Awalnya aku bakal membujuk lalu jadi naik darah, mengancam, kemudian melengking lengking (untung gak sampai mendengking dengking) tapi bahkan dengan begitu Rui masih tetap sekokoh batu karang. Sampai aku blingsatan ngubek-ngubek internet, cari tahu gimana sih caranya ibu-ibu yang lain menghadapi terrible-two nya.

Dari sekian banyak pendapat, akhirnya aku mendapatkan solusinya. Pertama berusaha tenang kalo Rui mulai dengan aksi emohnya (teorinya gampang, tapi penerapannya sungguh tak mudah. Apalagi buat aku yang suka gak sabaran dan grusa grusu). Kedua, berusaha tidak memberi perintah kepada Rui, melainkan menawarkan pilihan. Seandainya tiba waktu mandi, aku gak akan ngasih perintah “ayo mandi” melainkan memberi pilihan “di kamar mandi, Rui mau main ikan ikanan atau main bebek?”. Kalau jam makan “Rui mau makan nasi, atau makan udon (mi Jepang)?”. Sebelum tidur, biar mau sikat gigi pun, aku kasih pilihan, mau sikat gigi Anpanman atau sikat gigi Simajiro? Syukurlah metode ini sekarang sangat mempan buat Rui. Pokoknya jangan sampai kasih kesempatan dia untuk bilang tidak, karena nanti jadi bertele tele situasinya.

Sayang sekali metode ini gak berlaku kalo aku lagi driving berdua aja ma Rui. Kalau di tengah jalan dia tahu2 berulah, narik hand-rem misalnya, aku sudah gak bisa mikir pilihan lagi, pastilah aku langsung melengking “Ruuiii! Duduk manis!!” dan Rui pun bakalan balas melengking “emoooh!!”. Duh, bibir Rui rasanya pengen tak-kuncrit pakai karet gelang….

Motomachi

Hari Minggu kemarin kita pergi ke gereja katolik Motomachi. Niatnya mau ikut misa, tapi ternyata sudah telat, karena kelamaan muter muter nyari tempat parkir. Pada akhirnya nemu juga tempat parkir gratis-an, bareng sama bus bus pariwisata (hehe). Dari tempat parkir masih harus jalan 10 menit-an sampai ke gereja. Sebenarnya bisa lebih cepet lagi, tapi karena ada Rui dan jalannya lumayan menanjak, jadi makan waktu deh. Begitu sampai gereja, pintu nya sudah ditutup dan suasananya hening, khusuk, ya gak berani masuk ke dalam deh. Alhasil kita photo2an aja di luar. Pas ada rombongan turis juga yang lihat2 gedung luar gereja. Semua pada diingetin guide-nya supaya gak ribut2 ngambil photonya karena lagi ada misa.
Gereja Katolik Motomachi sebenarnya sudah ada sejak tahun 1861, namun bangunan yang pertama terbakar dan gereja ini dibangun lagi tahun 1924. Arsitektur bangunannya bergaya gothic. Keren abis. Sayang aku belum bisa masuk untuk lihat altarnya yang konon hadiah khusus dari Paus.

Di seberang gereja katolik ini ada gereja tua lagi yaitu gereja ortodok Rusia. Kalo gereja ini aku sempat ngintip ke dalam (karena pintu masuknya emang lagi terbuka). Wuah, altarnya pika-pika mengkilat disepuh warna emas. Romonya pakai jubah item yang ada kerudungnya. Suasananya persis gereja ortodok di Ochanomizu deket sekolahku YMCA dulu. Di sini pun kita gak bisa berlama lama, karena Rui yang ikutan ngintip deket pintu, begitu lihat banyak gambar orang suci, teriak keras sekali “kowai… (=takut)”. Langsung aja kita buru buru minggat.

Akhirnya kita keluyuran di seputaran Motomachi. Banyak galeri dan toko2 kecil, tapi kita gak berani masuk. Habis tokonya sempit2. Umumnya rumah biasa yang disulap jadi tempat jualan. Lha ngajak Rui kalo dia berulah khan repot. Sempat pengen lunch di restoran yang jualan sosis home-made, tapi urung begitu lihat sempitnya ruangan.

Motomachi tempatnya asyik buat jalan jalan, hanya sayangnya jalannya lumayan naik turun. Kalau pas sampai di turunan sih enak, tapi kalo sampai di tanjakan lumayan menggos menggos. Walaupun kemarin kita gak bisa blusukan masuk ke toko toko, tapi terhibur juga dengan pemandangan indah. Ada satu jalan yang latar belakangnya laut lepas, bagus sekali. Sampai nyeletuk ke suami, suatu hari nanti kalo kita tua dan anak anak sudah mandiri semua (bayangannya khan punya anak lebih dari 1, hihi), aku gak bakalan keberatan kok kalo tinggal di kawasan Motomachi. Maunya tuuuu….uh.

Wednesday, August 22, 2007

Games

Sudah sejak sebulan yang lalu kita punya permainan baru di rumah, Nintendo DS Nou Training – games untuk melatih otak. Hidup di jaman teknologi maju sering membuat otak kita jadi “tidur”. Terbiasa menggantungkan diri dengan tuts komputer, frekwensi nonton tv yang berlebihan, pemakaian kalkulator, dsb. Otak jadi terlalu dimanjakan, gak pernah diasah dan menjadi tua sebelum waktunya.

Nintendo Nou-training ini berisi permainan yang simple. Menjumlahkan, menyebut warna, menghapalkan kata singkat, menghitung, dll, yang sekilas lihat aja sepertinya gampang. Tapi tahu gak, pertama kali aku main games ini, hasilnya otakku divonis sudah berumur 80 tahun!! Shock!!

Suami juga sempat shock waktu umur otaknya divonis sudah 48 tahun. Haha… tapi aku gigit bibir juga, masih mending umur 48 dibanding otakku yang 80 tahun. Nenek nenek, wuuuaaah!

Setiap hari kalau kita buka games ini bakalan ada 3 permainan yang keluar secara acak (tiap hari juga gak sama) untuk mengetes seberapa tua umur otak kita. Dan aku paling benci kalau pas kena games kali kalian. Perkalian yang bagi banyak orang dianggap guampang banget (apalagi bagi suami), lha wong cuma 8x6… 4x7… 9x3… apa susahnya sih. Tapi bagiku perkalian adalah monster, nightmare.

Kalo ketemu perkalian, rasanya masih tergiang ngiang suaranya Pak Suwantoro (guruku waktu kelas 2 SD dulu) mendiktekan test perkalian. Masih terbayang malunya aku kalo disuruh nyunggi tas sepulang sekolah karena nilai test perkalianku selalu dibawah angka 5. Bodo banget rasanya. Pokoknya perkalian adalah momok bagiku.

Eee… sekarang kok nemu test perkalian lagi di game Nintendo. Suka malu juga sama suami, karena hasil test otaknya tambah hari tambah muda aja. Lha gimana lagi ya, emang aku ini lemah di itung itungan.

Satu hal yang bikin aku rada sombong, kalo pas Nintendonya keluar game menghapalkan kata2 (kita dikasih waktu 2 menit untuk menghapalkan serangkaian kata2 pendek, dan dikasih waktu 3 menit untuk menuliskan kembali kata2 yang telah diingat). Wah, suami paling benci kalau ketemu game ini, sebelum waktunya habis pasti dia sudah bete duluan. Tapi bagiku game yang ini menyenangkan sekali karna nilaiku tinggi di sini. Hohoho….

Dan kemarin hatiku sungguh gembira karena hasil test umur otakku jadi 20 tahun! Banzai! Banzai! Seneng banget bisa melampaui umur otak suami. Dibanding pertama kali main game ini memang ada kemajuan di kecepatanku menyelesaikan soal perkalian. Saben hari latihan, jek. Kayak jaman SD dulu aja, hehe. Walaupun sekarang umur otakku sudah jadi 20 tahun, tapi aku gak mau berhenti latihan, aku pengen kayak suami kalo lagi ngerjakan soal perkalian, kayak robot gitu cepetnya, sret sret sret. Bisa gak ya….

Tuesday, August 14, 2007

Jalan Jalan

Minggu minggu yang lalu Hokkaido hujan dan mendung melulu. Jadi repot kalau mau ngajak Rui main keluar. Pernah kejadian, pas lagi jalan jalan, mampir di Mr. Donat, eee…ee keluar dari toko, hujan turun deres sekali. Mana mobil parkirnya jauh di dept. store seberang jalan lagi. Mau nunggu hujan kok nanggung sudah sore, nanti papanya Rui gak bisa masuk rumah karena gak bawa kunci. Yo wis, aku kudungi Rui pakai tas kresek nya Mr. Donat (sedang donatnya aku masukkin tas cangklongku), trus lari lari ke tempat parkir mobil. Rui nya sih malah kegirangan bisa berhujan hujan, apalagi waktu “topi” kreseknya diterbangkan angin, wuah ngakak ngakak deh dia.

Syukurlah minggu ini cuacanya cerah, bahkan sedikit gerah. Rui pun bisa lari larian di luar tanpa takut kehujanan. Minggu kemarin pun waktu suami libur, kita jalan ke danau, lihat kebun bunga dan naik perahu keliling danau. Sempat ketemu rombongan turis dari Cina kayaknya, yang ramah ramah banget. Dadah, dadah waktu ngelihat Rui, sambil menyapa “ni hau, ni hau..”. Emang beda ya dengan orang Jepang yang cenderung dingin kalau lihat anak kecil.

Oh ya, di seputaran danau banyak kios penyewaan sepeda untuk umum. Dan ada sepeda sepeda yang bisa disambung berurutan untuk keperluan rombongan turis. Jadi bayangin ada satu rombongan turis pada mengayuh sepeda yang puuuaaa….aaanjang banget kayak ular naga. Rui aja sampai lumpat lumpat tepuk tangan kalau ketemu rombongan sepeda panjang ini. Ujung ujungnya dia nangis pengen ikut naik. Hihi.

Pulangnya kita mampir ke Kombu-Kan. Bangunan ini sebenarnya pabrik rumput laut, tapi sudah dirancang sedemikian rupa untuk persinggahan turis. Ada musium sederhana pula tentang riwayat Kombu mulai dari jaman samurai Jepang dulu sampai sekarang. Trus ada ruangan luas tempat aneka produk Kombu bisa dibeli, dari rumput laut biasa, sampai produk olahan kombu lain seperti coklat dan teh kombu. Enaknya di ruangan ini kita bisa incip incip. Wah, Rui kalau gak disetop bisa nongkrongin kios coklat kombu terus kali. Oh ya, di sini pula kita ketemu lagi sama rombongan turis yang sebelumnya ketemu di danau. Sekali lagi Rui disapa “ni hau, ni hau”, kali ini Rui pun dengan riangnya mbales dadah dadah.

Pulangnya di mobil, Rui langsung pules. Capek kali ya, nemu banyak pengalaman baru, naik perahu, lihat sepeda sambung, ketemu banyak orang yang ramah. Otsukaresama deshita
.

Friday, August 10, 2007

Teman Lama

Aku benar benar bersyukur kepada Tuhan, bahwa aku hidup di jaman sekarang. Jaman di mana teknologi lagi berkembang pesat. Sehingga walaupun aku terdampar di negri orang pun, aku masih tetap bisa gampang berhubungan dengan orang orang di tanah air. Dan hari ini pun aku merasa bahagia sekali, karna berkat kemajuan teknologi pula, aku bisa ketemu teman lama.

Kapan hari aku sempat penasaran dengan blog nya Susan. Dan ternyata emang benar Susan itu temen lamaku di SD!! Hiyaaa, aku sampai senyam senyum sendiri ngelihat pesen yang ia tinggalkan di blog ku. Wajahku berubah katanya, dan gak kriting lagi. Haha… Lha emang sudah jadi ibu ibu kok San, gimana wajahku gak berubah, hihi. Mana aku berkacamata dan rambutku gak panjang lagi, jadi gak kethok brintik-e.

Pasti Susan sempat bingung ya, apalagi karena aku gak mencantumkan nama lengkap di blog ku. Aku hanya pakai nama kenmari, singkatan dari nama suami (Kenji) dan nama pertamaku (Maria).

Benar benar ajaib rasanya, sudah puluhan tahun gak ketemu. Kapan hari aku chatting sama adikku, dia bilang juga masih inget sama Susan karena Susi (adiknya Susan) adalah temen sekelasnya sampai SMP.
Susan bilang juga masih ingat aku, ingat juga waktu kita berdua pernah jadi malaikat di drama Natal sekolah. Haha. Menyenangkan sekali mengingat masa lalu. Coba kalau kita ketemu beneran pasti sudah ngobrol ngalor ngidul ya, San.

Susan, seneng sekali bisa menemukanmu. Semoga kalau aku mudik lagi ke tanah air, kita bisa ketemu, dan anak anak kita bisa kenalan (Rui, anak lanangku lahir bulan Maret 2005. Kayaknya sepantaran sama Bryan ya, San). Adikku sekarang kerja di Sby. Bapak masih di Santa Maria dan ibu sehat sehat aja di rumah. Keep in touch, ya Susan.

Tuesday, August 07, 2007

Teman Lama kah?

Hari ini Hokkaido hujan – dulu mertua pernah bilang, di Hokkaido gak ada tsuyu (musim hujan), siapa bilang… buktinya belakangan ini hujan melulu. Daripada sebel ngelihat jemuran setengah kering yang bergelantungan di living room, sementara Rui lagi nyaman tidurnya, aku sempatin bersantai di depan komputer, blog-walking. Dan gak tahunya aku sampai di blognya seseorang yang bernama Susan. Mataku jadi terbelalak.

Kok rasanya nama dan wajahnya familiar sekali. Jadi penasaran. Penasaran banget. Rasanya aku pernah punya teman bernama Susan waktu di SDK Santa Maria Kediri dulu. Dua, tiga kali rasanya aku juga pernah main ke rumah dia di kawasan Pasar Pahing. Rasanya dia juga pernah main ke rumah ku yang waktu itu masih ada di Banjaran (rasanya juga di rumah Kediri, masih tersimpan photo Susan dan adiknya waktu main ke rumah. Seingatku dulu kita mainan boneka ku yang rambutnya brodol karna suka aku sisir-i, hehe).

Apakah Susan yang aku kunjungin blognya hari ini adalah Susan teman dari masa kecilku? Kalau bener, surprise sekali ya. Semoga aja Susan di blog itu berkenan untuk mampir juga di blog ku ini. Dan seandainya dia benar teman lama ku, kutitipkan pesan ini : Susan.., aku Ika anak-e Pak Frans guru Santa Maria. Masih ingatkah dikau?

Sunday, July 29, 2007

Hokkaido

Telah dua minggu berlalu sejak kepindahanku ke pulau Hokkaido. Sampai musim semi tahun depan kita akan tinggal sementara di sini. Tgl 15 Juli yang lalu perjalanan panjang dari Urayasu kita tempuh bermobil 8 jam sampai ke Aomori, dari penyeberangan kapal Aomori kita naik kapal fery selama 4 jam dan tibalah kita di Hakodate, nama kota tempat tinggal kita sekarang.

Kesan pertama tentang Hokkaido? Lahannya luas. Tidak seperti Urayasu yang penuh gedung bertingkat, di sini nyaris semua bangunan landai saja. Cuma sebagian aja, misalnya deket Hakodate eki yang emang daerah wisata, ada bangunan hotel bertingkat lumayan tinggi. Jalanan juga kebanyakan lurus dan lebar, termasuk trotoar nya. Minggu pertama tinggal di sini, aku sudah berani bermobil berdua aja ama Rui, karena jalanannya enak dan gampang diingat.

Selain itu, biaya sewa apartemen di sini lumayan murah. Ongkos sewa apartemen kita sebulannya 130.000 yen – sudah termasuk biaya listrik, air dan gas, dan termasuk ongkos parkir mobil 2 tempat (satu tempat untuk mobil pribadi, dan satu lagi untuk mobil kantornya suami). Bandingin aja dengan biaya sewa apartemen kita yang pertama dulu di deket Urayasu eki, sebulan 130.000 yen belum termasuk biaya listrik, air dan gas. Masih harus bayar parkir mobil 15.000 yen sebulan, mana rumahnya kecil lagi, ukuran one-room 60 meter persegi aja. Rumah di Hakodate sekarang kurang lebih sebesar rumah kita di ShinUrayasu. Bedanya rumah Hakodate letaknya di lantai satu. Rumah ini sudah lengkap dengan mebel, tempat tidur, dan keperluan rumah tangga lain (misalnya lemari es, kompor, rice cooker, dll), sehingga pindahan kita ke Hokkaido gampang aja, gak perlu boyongan bawa2 barang segala.

Minggu pertama kita di sini, kita habiskan di tempat tujuan wisata deket Hakodate eki. Makan kepiting rebus dan jalan jalan di seputaran pelabuhan (suasananya mirip2 daerah Aka Rengga di Yokohama). Namanya juga daerah wisata, banyak banget turis yang datang, baik turis domestik maupun mancanegara. Pengen naik jinrikisha (semacam becak gitu), tapi lagi banyak orang jadi males. Suami bilang kapan2 aja deh, kalau pas gak banyak wisatawan. Jadi kita cukup jalan jalan aja lihat toko2 souvenir, tanpa beli apa apa.

Minggu kedua waktu suami libur, kita pergi ke biara trappestine. Tempatnya adem di pegunungan, cocok banget buat retreat pasutri kali ya, hehe. Cuma tempat yang terbuka buat umum terbatas sekali, namanya juga biara ya, masak mau masuk masuk ke dalam, bisa nganggu suster2nya dong. Pas kita kesana, kebetulan barengan dengan kedatangan turis2 dari Korea, lumayan rame (waktu dengerin mereka ngobrol, jadi inget sudah lama aku gak nonton sinetron Korea, hihi). Di halaman biara ada bangunan kecil tempat galeri photo, altar tua dari kayu dan sejarah singkat biara ini. Juga ada pojok tempat jualan kue kering dan permen yang dibikin oleh para biarawati. Sempat lihat2 ada patung2 malaikat dan rosario juga dijual. Lumayan bagus sih, sayang pilihannya gak banyak.

Masih banyak tempat tempat yang kita pengen kunjungi di Hokkaido sini. Masih banyak waktu sampai tahun depan. Yang jelas rasanya aku bakalan lebih kerasan di sini, dibanding waktu dulu sempat tinggal di Ibaraki. Rute jalan jalan pagi dengan Rui pun lebih menarik. Tahu gak kapan hari kita ketemu apa waktu lagi jalan jalan pagi? Ketemu kuda!! Dan gak cuma seekor, melainkan dua ekor, dengan santainya dituntun pemiliknya jalan2 di trotoar! Gimana kita gak melongo. Rui pun langsung heboh ngejar, pengen naik katanya, tapi begitu deket langsung mundur teratur karena kudanya tergolong ukuran buesaaar. Haha. Sasuga Hokkaido te kanji…. Siapa yang tahu kita bakalan ketemu binatang apa lagi selama di Hokkaido. Asal jangan sampai ketemu beruang aja deh…..

Saturday, July 07, 2007

Jalan Jalan ke DisneySea

Ngikutin jejak mama Aya, di hari Jumat yang panas minggu ini aku, Rui dan papanya cabut ke Disney Sea. Dari rumah kita bermobil, dan surprise banget waktu dapat tempat parkir di lantai paling bawah. Ketika nengok jam tangan, baru lah kita sadar bahwa jarum jam masih di angka 9.30 pagi, masih awal sekali. Niat banget gak sih, jam segitu sudah masuk parkir, padahal pintu gerbang baru bakalan dibuka jam 10 pagi. Hehe.

Begitu masuk gerbang, kita photo2an sebentar di depan globe gedhe, mumpung mukanya masih seger dan foundation-ku belum luntur kena panas matahari. Habis itu kita lihat Meet and Smile di area sebelah danau. Wuah, panasnya…. Dibelain juga deh, ngelihat Mickey Mouse dan kawan2nya pada menari nari. Selesai Meet and Smile kita ajak Rui main di depan Tower of Terror. Kita biarin aja Rui lari larian di seputar taman dan mainan air juga. Ketika hampir jam 12 siang, kita masuk ke teater Broadway nonton Big Band Beat. Begitu masuk ke ruang theater yang adhem itu, Rui langsung terkantuk kantuk, alhasil aku dan suami bisa menikmati show itu tanpa gangguan dari Rui. (Tahukah Rui betapa cerdik mamamu ini, hoahahaha…). Buatlah anak cukup capek lari larian, setelah itu ajak masuk ke gedung teater. Bisa dipastikan anak anda bakalan tidur. Hihi.

Show Big Band Beat ini masih lumayan baru. Kalau sebelum ini show nya dikasih nama Ancore, cuplikan dari lagu dan tari popular pertunjukkan broadway. Di Ancore karakter Disney sama sekali gak muncul. Tapi di show Big Band Beat, beberapa karakter Disney pada bermunculan. Dengan perubahan ini mungkin diharapkan anak2 kecil bakalan tertarik juga (padahal gak ngaruh blas sama Rui, karena dia langsung molor…). Sebenarnya sayang juga karena Rui tidur, dia jadi gak tahu kerennya Mickey Mouse waktu main drum dan menarikan tap-dance. Sumpah, keren abis. Aku kena sihir kali ya, the Disney magic.

Keluar dari gedung teater, Rui langsung terbangun karena disambutnya panasnya matahari. Gak pakai jeda lagi kita cabut naik kereta sampai ke Port Discovery, sebenernya pengen naik Aquatopia (boat kecil yang muter2 diatas air), sayangnya ditolak karena Rui masih di bawah 3 tahun. Yaaa….ah, lupa deh kita gak ngecek anjungan mana yang bisa dinaiki Rui. Untuk melupakan kecewa, kita istirahat sebentar di deket anjungan Storm Rider (duh, anjungan ini juga tertutup buat Rui). Setelah minum dan ngemil popcorn, kita lanjut jalan kaki sampai ke Mermaid Lagoon.

Begitu masuk mermaid lagoon, Rui langsung girap girap, ketakutan dengan gelapnya ruangan. Tapi gak lama kemudian dia jadi terbiasa, dan mainan air di Ariel’s Playground. Sekedar informasi aja, kalau tiba musim panas di seputaran resort ada tempat mainan air buat anak anak. Jadi siap2 aja bawa baju ganti atau celana renang sekalian, biar anak2 puas mainan air tanpa takut baju jadi basah.

Selesai makan siang di Sebastian Calypso Kitchen, kita keluar dari mermaid lagoon, menuju anjungan Sindbad’s Storybook Voyage. Anjungan ini barusan diperbaharui. Dibandingkan dulu, suasana di dalamnya jadi lebih meriah/riang. Buto ijo dan monyet2 galak pun jadi berkarakter baik. Oh ya, ada satu hal yang menarik, entah apa ini perasaanku aja ya, ketika masuk ruangan di tempat boneka2 monyet pada bawa tumpukan pisang, kok rasanya aku membaui aroma pisang juga ya. Aku tanya suami kok katanya dia juga mencium bau pisang, begitu pindah ke ruang lain, aroma pisang itu gak tercium lagi. Aneh ya, apa hidungku yang lagi aneh….??!!

Dari Sindbad kita jalan ke Lost River Delta, nonton show nya Mystic Rhythms di Hangar Stage. Setiap kali ke Disney Sea, kita gak bakalan lewatkan show yang satu ini. Dan walaupun sudah berkali kali nonton pun, tetep aja hatiku berdebar debar kalau dengar genderang dan musik pendukungnya. Walaupun telah tahu alur ceritanya, tetep aja mulutku terlongong longong, melihat castingnya pada berakrobat ria, bergelantungan sambil menari, meluncuri kain panjang…. Rui cukup anteng juga melihat show ini, karena ada banyak pemain yang berkostum binatang, dari buaya, leopard, burung, monyet, dll.

Dari lost river delta, kita balik ke area American Water Front, nonton show Over The Waves di dockside stage. Show ini masih cukup menarik, apalagi buat anak kecil karena karakter Disney banyak bermunculan. Rui lumayan terkendali selama pertunjukkan.

Ketika show ini selesai, gak terasa hari sudah senja. Matahari sudah gak terlalu garang lagi, hari cenderung dingin dengan angin yang lumayan kencang bertiup. Tapi kita belum hendak beranjak dari Disney Sea. Kita nunggu pertunjukkan kembang api BraviSEAmo sambil ngopi di Mamma Biscotti’s Bakery. Rui sudah cukup capek lari larian, sehingga mau duduk manis sambil minum susu dan makan roti. Malah ketika BraviSEAmo mulai, dia teler di pundak papanya.

Terus terang aku emang lebih nge-fans DisneySea daripada DisneyLand. D’Sea gak terlalu padat dengan pengunjung. Cuma emang buat anak anak D`Land pastilah lebih menarik. Sementara ini karena masih banyak anjungan yang Rui gak boleh naik, kita masih lebih banyak show aja. Dan Rui juga masih bisa nuruti keinginan orang tuanya buat lihat pertunjukan tari dan nyanyi. Tapi kalau Rui sudah tambah besar dan bisa memilih, pastilah dia cenderung ngajak main ke D`Land. Harapan ku sih, walaupun Rui besar nanti, dia bakalan suka juga lihat show, biar bisa nemeni aku menikmati hiburan yang membuai mata dan telinga.

Wednesday, June 13, 2007

Sekelumit Dari Tanah Air

Aku dan Rui barusan pulang dari Indonesia. Kurang dari sebulan di sana, hanya sekejap mata rasanya. Begitu banyak orang yang ingin ditemui, begitu banyak angan2, tapi begitu sempitnya waktu dan fasilitas. Buat aku yang telah terbiasa hidup di negri orang, jadi tersadar akan banyaknya keterbatasan, misalnya gak ada kran air panas buat mandi Rui kalau pas hari hujan/dingin, sehingga setiap kali harus nunggu nggodok air dulu. Gak ada fasilitas angkutan umum di Kediri yang memadai (sedang mobil pribadi pun gak punya), sehingga kalau mo jalan ke Golden atau SriRatu di pusat kota, kudu rela mbecak se-jam-an dan kudu tabah menantang debu jalanan dan asap knalpot kendaraan bermotor. Dan lain lain, dan lain lain.

Namun di balik semua keterbatasan itu, begitu banyak “kemewahan” yang aku temui. Dari pagi sampai malam begitu banyak bakul yang lewat depan rumah, dari mas penjual krupuk, mbak penjual sayur, jajanan, ikan, bakso, mie, es drop, siomay… sampai becak goyang. Serasa menikmati layanan delivery tanpa biaya antar. Selain itu begitu banyak kutemui orang orang yang berhati “kaya”, dari sodara, tetangga, sampai orang yang gak kukenal pun, yang gak segan menepuk nepuk kepala Rui, ngetawai tingkahnya, dan bahkan memaklumi kenakalannya. Duh, bikin hatiku jadi hangat.

Rasanya separo jiwaku masih tertinggal di Indonesia. Sepertinya hati Rui pun masih tertinggal di sana, karena sampai sekarang pun Rui masih rajin mengabsen nama nama yang dikenalnya di Kediri, dari YangKung, ibuk, antun (=Anton, nama adikku), oma mimi (=bulikku, bulik momi), mbah Di (=omku, om Eddy), kakak (=si kembar Tata-Icha, dan kak Vita tetangga sebelah), sampai kur (=panggilan untuk ayam2nya Pak Wito ketua RT). Ah, seandainya Kediri cuma berjarak sejam aja dari Urayasu, pastilah aku bakalan wira wiri terus ya.

Satu hal baru yang aku temui di Indonesia dari acara2 tv, ternyata banyak pemain sinetron baru yang tampangnya bagus bagus, terlebih buat pemain cowoknya (kalau pemain ceweknya aku suka ngeri dengan make-up nya yang suka keliatan medok banget). Nama namanya banyak yang gak ingat sih, cuma dua orang yang masih keinget, Roger Danuarta dan Gading Martin. Malah si Gading ini sempat ngelihat langsung waktu gak sengaja ketemu di lobby Plaza Hotel Surabaya. Sempat gak ngeh sih, tapi trus adikku bisik2 “anak-e Roy Martin, si Gading…” waktu nengok, waduh ganteng!! Gak kalah deh sama bintang sinetron Korea. Sayang ya, sinetron Indonesia masih banyak yang bajakan, acting pemain nya juga masih pada kedodoran, coba kalau gak, pasti sinetron Korea bakal dapat saingan…. Hehe.
Lilypie Kids Birthday tickers
Lilypie Third Birthday tickers
DaisypathAnniversary Years Ticker