
Rui, manusia kecilku tengah bertumbuh. Hari demi hari selalu saja aku tercengang cengang. Ada kata-kata baru, penemuan baru, kepandaian baru… di balik itu ada “ketakutan” ketika bayi manisku mulai bisa memberontak. Jadi egois, raja-tega, emosi tak stabil. Saat saat aku merasa “takut” kehilangan kontrol akan dirinya, selalu saja aku bergumam “Rui, seandainya kamu pacarku, pasti sudah dari dulu kita putus hubungan”.
Namun apa bisa aku putus hubungan dengan Rui, wong dia pernah tinggal di rahimku, pernah jadi bagian dari tubuhku. Dan aku kembali “jatuh cinta” dengan Rui. Waktu aku jadi banyak diam, Rui cium tanganku sambil bertanya “mama, doushita no” (mama, kenapa). Waktu air mataku berlinang linang sehabis lihat film Anpanman – inochi no hoshi no dolly, Rui menyodorkan tissue “mama, nakanaide” (mama, jangan menangis). Rui, anakku…. Mungkin inilah yang disebut sebagai cinta tak bersyarat. Seperti cinta ibukku, cinta orang tua pada anak anaknya.
Rui belum lagi genap 3 tahun jadi manusia. Aku pun baru 2 tahun 10 bulan jadi ibu. Pastilah nantinya masih ada benturan, pertengkaran baru. Namun semarah apapun aku, semuak apa pun, aku tak akan pernah kehilangan cintaku pada Rui. Sehingga di masa depan seandainya Rui dewasa menanyaiku bagaimana masa kecilnya, pastilah aku akan bilang “kamu anak manis, le”.
6 comments:
This is sooooo sweet!!!
Sampe terharu aku bacanya....
kita ga akan kehilangan cinta kita ke anak, tapi kita mesti siapkan hati kalo2 anak kita 'hilang' diambil istrinya hihi..
terharu bacanya...
btw, besok kita berangkat ke sapporo. mbak maria jadi lihat yuki matsuri? :)
Mbak kalo jadi kabarin aku yah :)
shiefralo@softbank.ne.jp
ihiks...terharu bacanya..padahal 2 kali baca nih. Biar badung, nakal dll namanya anak ya tetep tersayang ya..
Post a Comment