Aku pernah baca di internet, bahwa anak seumuran Rui adalah anak dalam masa masa yang sulit, sampai sampai ada julukan terrible-two (walaupun aku yakin, bahwa masa sulit anak gak bakalan terbatas pada umur dua tahun aja, pastilah bakal ada terrible three, four, five… hehe).
Ketika Rui sekarang sudah lumayan banyak kosa katanya, ada saat saat ketika aku harus menghela nafas berulang kali meredakan emosi yang kadang begitu meletup letup. Ada 3 kata favorit Rui yang sering bikin aku kesel yaitu : tabenai, ikanai, dan hoshikunai (gak mau makan, gak mau pergi dan gak mau). Kalaupun dipaksa dia bakalan menjerit dengan sombongnya “emoooooh!!!” (lho kok jadi keluar bhs Jawanya?!).
Kalau dipikir pikir sebelum ini sering sekali Rui bikin aku kesel, misalnya aja dia pernah bikin dapur banjir karena mainan kran air di tempat cuci piring. Pernah bikin toilet gak bisa dipakai seharian karena dia masukkin bergelondong gelondong toilet-paper ke lubang toilet – dan aku sambil menangis darah tetap kukuh untuk membereskan masalah toilet itu sendiri, walaupun suami mau nelpon perusahaan jasa pengurusan toilet mampet (mbayangin iklan Qracian di tv, toire toraburu ha-sen-en, duh gak rela kalo harus keluar uang 8 ribu yen hanya gara gara ulah anak. Akhirnya semalaman aku berkutat di toilet mengeluarkan serpihan2 kertas toilet yang sudah berubah jadi bubur… huh). Pernah pula Rui mbalikkin tempat beras, sehingga aku harus memunguti buliran berasnya satu persatu sepenjuru dapur karena tak ingin dikutuk dewi padi. Kekesalan2 jaman dulu rasanya jadi terasa enteng dibanding sekarang. Paling gak aku gak perlu muter otak berlama lama untuk mengatasinya.
Sekarang apa jadinya kalo Rui maksa gak mau makan, ogah mandi, ogah segalanya pokoknya emoh, emoh dan emoh. Awalnya aku bakal membujuk lalu jadi naik darah, mengancam, kemudian melengking lengking (untung gak sampai mendengking dengking) tapi bahkan dengan begitu Rui masih tetap sekokoh batu karang. Sampai aku blingsatan ngubek-ngubek internet, cari tahu gimana sih caranya ibu-ibu yang lain menghadapi terrible-two nya.
Dari sekian banyak pendapat, akhirnya aku mendapatkan solusinya. Pertama berusaha tenang kalo Rui mulai dengan aksi emohnya (teorinya gampang, tapi penerapannya sungguh tak mudah. Apalagi buat aku yang suka gak sabaran dan grusa grusu). Kedua, berusaha tidak memberi perintah kepada Rui, melainkan menawarkan pilihan. Seandainya tiba waktu mandi, aku gak akan ngasih perintah “ayo mandi” melainkan memberi pilihan “di kamar mandi, Rui mau main ikan ikanan atau main bebek?”. Kalau jam makan “Rui mau makan nasi, atau makan udon (mi Jepang)?”. Sebelum tidur, biar mau sikat gigi pun, aku kasih pilihan, mau sikat gigi Anpanman atau sikat gigi Simajiro? Syukurlah metode ini sekarang sangat mempan buat Rui. Pokoknya jangan sampai kasih kesempatan dia untuk bilang tidak, karena nanti jadi bertele tele situasinya.
Sayang sekali metode ini gak berlaku kalo aku lagi driving berdua aja ma Rui. Kalau di tengah jalan dia tahu2 berulah, narik hand-rem misalnya, aku sudah gak bisa mikir pilihan lagi, pastilah aku langsung melengking “Ruuiii! Duduk manis!!” dan Rui pun bakalan balas melengking “emoooh!!”. Duh, bibir Rui rasanya pengen tak-kuncrit pakai karet gelang….
Ketika Rui sekarang sudah lumayan banyak kosa katanya, ada saat saat ketika aku harus menghela nafas berulang kali meredakan emosi yang kadang begitu meletup letup. Ada 3 kata favorit Rui yang sering bikin aku kesel yaitu : tabenai, ikanai, dan hoshikunai (gak mau makan, gak mau pergi dan gak mau). Kalaupun dipaksa dia bakalan menjerit dengan sombongnya “emoooooh!!!” (lho kok jadi keluar bhs Jawanya?!).
Kalau dipikir pikir sebelum ini sering sekali Rui bikin aku kesel, misalnya aja dia pernah bikin dapur banjir karena mainan kran air di tempat cuci piring. Pernah bikin toilet gak bisa dipakai seharian karena dia masukkin bergelondong gelondong toilet-paper ke lubang toilet – dan aku sambil menangis darah tetap kukuh untuk membereskan masalah toilet itu sendiri, walaupun suami mau nelpon perusahaan jasa pengurusan toilet mampet (mbayangin iklan Qracian di tv, toire toraburu ha-sen-en, duh gak rela kalo harus keluar uang 8 ribu yen hanya gara gara ulah anak. Akhirnya semalaman aku berkutat di toilet mengeluarkan serpihan2 kertas toilet yang sudah berubah jadi bubur… huh). Pernah pula Rui mbalikkin tempat beras, sehingga aku harus memunguti buliran berasnya satu persatu sepenjuru dapur karena tak ingin dikutuk dewi padi. Kekesalan2 jaman dulu rasanya jadi terasa enteng dibanding sekarang. Paling gak aku gak perlu muter otak berlama lama untuk mengatasinya.
Sekarang apa jadinya kalo Rui maksa gak mau makan, ogah mandi, ogah segalanya pokoknya emoh, emoh dan emoh. Awalnya aku bakal membujuk lalu jadi naik darah, mengancam, kemudian melengking lengking (untung gak sampai mendengking dengking) tapi bahkan dengan begitu Rui masih tetap sekokoh batu karang. Sampai aku blingsatan ngubek-ngubek internet, cari tahu gimana sih caranya ibu-ibu yang lain menghadapi terrible-two nya.
Dari sekian banyak pendapat, akhirnya aku mendapatkan solusinya. Pertama berusaha tenang kalo Rui mulai dengan aksi emohnya (teorinya gampang, tapi penerapannya sungguh tak mudah. Apalagi buat aku yang suka gak sabaran dan grusa grusu). Kedua, berusaha tidak memberi perintah kepada Rui, melainkan menawarkan pilihan. Seandainya tiba waktu mandi, aku gak akan ngasih perintah “ayo mandi” melainkan memberi pilihan “di kamar mandi, Rui mau main ikan ikanan atau main bebek?”. Kalau jam makan “Rui mau makan nasi, atau makan udon (mi Jepang)?”. Sebelum tidur, biar mau sikat gigi pun, aku kasih pilihan, mau sikat gigi Anpanman atau sikat gigi Simajiro? Syukurlah metode ini sekarang sangat mempan buat Rui. Pokoknya jangan sampai kasih kesempatan dia untuk bilang tidak, karena nanti jadi bertele tele situasinya.
Sayang sekali metode ini gak berlaku kalo aku lagi driving berdua aja ma Rui. Kalau di tengah jalan dia tahu2 berulah, narik hand-rem misalnya, aku sudah gak bisa mikir pilihan lagi, pastilah aku langsung melengking “Ruuiii! Duduk manis!!” dan Rui pun bakalan balas melengking “emoooh!!”. Duh, bibir Rui rasanya pengen tak-kuncrit pakai karet gelang….
3 comments:
huee...jadi takut nunggu ultah anakku yang ke-2 :p
tapi ngikik2 ngebayangin si rui teriak "EMOH". jowone metu pek
huehehehe...silakan dinikmati jeng..
emang begitu terible two, tapi masa2 itu akan bikin kangen kita suatu hari nanti;)
hihihihi...mama sm anaknya main lengking2an ya? wah, apalagi aku, Maria..Aya itu ga cm terrible two, tp jg three, nanti four, five dan seterusnya deh. Kl aku marah suka balik marah, atau kdg malah dicengirin sm Aya. Sabar subur...
Post a Comment