Aku dan Rui barusan pulang dari Indonesia. Kurang dari sebulan di sana, hanya sekejap mata rasanya. Begitu banyak orang yang ingin ditemui, begitu banyak angan2, tapi begitu sempitnya waktu dan fasilitas. Buat aku yang telah terbiasa hidup di negri orang, jadi tersadar akan banyaknya keterbatasan, misalnya gak ada kran air panas buat mandi Rui kalau pas hari hujan/dingin, sehingga setiap kali harus nunggu nggodok air dulu. Gak ada fasilitas angkutan umum di Kediri yang memadai (sedang mobil pribadi pun gak punya), sehingga kalau mo jalan ke Golden atau SriRatu di pusat kota, kudu rela mbecak se-jam-an dan kudu tabah menantang debu jalanan dan asap knalpot kendaraan bermotor. Dan lain lain, dan lain lain.
Namun di balik semua keterbatasan itu, begitu banyak “kemewahan” yang aku temui. Dari pagi sampai malam begitu banyak bakul yang lewat depan rumah, dari mas penjual krupuk, mbak penjual sayur, jajanan, ikan, bakso, mie, es drop, siomay… sampai becak goyang. Serasa menikmati layanan delivery tanpa biaya antar. Selain itu begitu banyak kutemui orang orang yang berhati “kaya”, dari sodara, tetangga, sampai orang yang gak kukenal pun, yang gak segan menepuk nepuk kepala Rui, ngetawai tingkahnya, dan bahkan memaklumi kenakalannya. Duh, bikin hatiku jadi hangat.
Rasanya separo jiwaku masih tertinggal di Indonesia. Sepertinya hati Rui pun masih tertinggal di sana, karena sampai sekarang pun Rui masih rajin mengabsen nama nama yang dikenalnya di Kediri, dari YangKung, ibuk, antun (=Anton, nama adikku), oma mimi (=bulikku, bulik momi), mbah Di (=omku, om Eddy), kakak (=si kembar Tata-Icha, dan kak Vita tetangga sebelah), sampai kur (=panggilan untuk ayam2nya Pak Wito ketua RT). Ah, seandainya Kediri cuma berjarak sejam aja dari Urayasu, pastilah aku bakalan wira wiri terus ya.
Satu hal baru yang aku temui di Indonesia dari acara2 tv, ternyata banyak pemain sinetron baru yang tampangnya bagus bagus, terlebih buat pemain cowoknya (kalau pemain ceweknya aku suka ngeri dengan make-up nya yang suka keliatan medok banget). Nama namanya banyak yang gak ingat sih, cuma dua orang yang masih keinget, Roger Danuarta dan Gading Martin. Malah si Gading ini sempat ngelihat langsung waktu gak sengaja ketemu di lobby Plaza Hotel Surabaya. Sempat gak ngeh sih, tapi trus adikku bisik2 “anak-e Roy Martin, si Gading…” waktu nengok, waduh ganteng!! Gak kalah deh sama bintang sinetron Korea. Sayang ya, sinetron Indonesia masih banyak yang bajakan, acting pemain nya juga masih pada kedodoran, coba kalau gak, pasti sinetron Korea bakal dapat saingan…. Hehe.
Namun di balik semua keterbatasan itu, begitu banyak “kemewahan” yang aku temui. Dari pagi sampai malam begitu banyak bakul yang lewat depan rumah, dari mas penjual krupuk, mbak penjual sayur, jajanan, ikan, bakso, mie, es drop, siomay… sampai becak goyang. Serasa menikmati layanan delivery tanpa biaya antar. Selain itu begitu banyak kutemui orang orang yang berhati “kaya”, dari sodara, tetangga, sampai orang yang gak kukenal pun, yang gak segan menepuk nepuk kepala Rui, ngetawai tingkahnya, dan bahkan memaklumi kenakalannya. Duh, bikin hatiku jadi hangat.
Rasanya separo jiwaku masih tertinggal di Indonesia. Sepertinya hati Rui pun masih tertinggal di sana, karena sampai sekarang pun Rui masih rajin mengabsen nama nama yang dikenalnya di Kediri, dari YangKung, ibuk, antun (=Anton, nama adikku), oma mimi (=bulikku, bulik momi), mbah Di (=omku, om Eddy), kakak (=si kembar Tata-Icha, dan kak Vita tetangga sebelah), sampai kur (=panggilan untuk ayam2nya Pak Wito ketua RT). Ah, seandainya Kediri cuma berjarak sejam aja dari Urayasu, pastilah aku bakalan wira wiri terus ya.
Satu hal baru yang aku temui di Indonesia dari acara2 tv, ternyata banyak pemain sinetron baru yang tampangnya bagus bagus, terlebih buat pemain cowoknya (kalau pemain ceweknya aku suka ngeri dengan make-up nya yang suka keliatan medok banget). Nama namanya banyak yang gak ingat sih, cuma dua orang yang masih keinget, Roger Danuarta dan Gading Martin. Malah si Gading ini sempat ngelihat langsung waktu gak sengaja ketemu di lobby Plaza Hotel Surabaya. Sempat gak ngeh sih, tapi trus adikku bisik2 “anak-e Roy Martin, si Gading…” waktu nengok, waduh ganteng!! Gak kalah deh sama bintang sinetron Korea. Sayang ya, sinetron Indonesia masih banyak yang bajakan, acting pemain nya juga masih pada kedodoran, coba kalau gak, pasti sinetron Korea bakal dapat saingan…. Hehe.